Langsung ke konten utama

Tantangan Belajar Bahasa Inggris: Menghadapi Kesulitan Grammar dan Menaklukkan Hambatan dalam Proses Pembelajaran

Belajar bahasa Inggris bukanlah hal yang mudah. Saya rasa, semua orang yang pernah mencoba mempelajari bahasa ini, baik untuk keperluan sekolah, pekerjaan, atau sekadar untuk berkomunikasi dengan teman-teman internasional, pasti pernah merasakan kesulitan yang sama. Jika saya ingat-ingat kembali, saya pernah merasa sangat frustasi karena meskipun saya tahu banyak kosakata, dan bisa berbicara dalam bahasa Inggris, saya selalu merasa ada yang kurang—seperti ada tembok besar yang menghalangi saya untuk berbicara atau menulis dengan lancar. Teman-teman sering mengatakan, "Kamu sudah sangat baik, kok!" Namun di dalam hati saya tahu, saya belum benar-benar menguasai bahasa itu. Penyebabnya satu: grammar.

Awal yang Menantang

Saya mulai belajar bahasa Inggris sejak di bangku sekolah dasar. Seperti kebanyakan orang, awalnya saya merasa bahasa Inggris itu seru. Kosakata-kosakata baru terdengar menyenangkan, dan saya merasa bangga bisa mengerti sedikit demi sedikit lagu-lagu atau film berbahasa Inggris. Namun, saat memasuki tingkat sekolah menengah, saya mulai menyadari bahwa tidak cukup hanya bisa berbicara sedikit—terutama ketika saya harus menulis atau berbicara dengan cara yang lebih formal. Hal yang paling mengganggu saya adalah grammar, terutama tenses. Saya ingat, ketika saya pertama kali belajar tentang tenses, saya merasa seperti sedang mempelajari ilmu matematika yang rumit.


Saya masih ingat dengan jelas hari pertama belajar tenses di sekolah. Di papan tulis, guru menuliskan tabel besar yang berisi kata kerja dalam berbagai bentuk: present simple, present continuous, past simple, dan seterusnya. Kepala saya berputar melihatnya. "Kenapa ada begitu banyak bentuk? Kenapa tidak seperti dalam bahasa Indonesia, yang cukup mengatakan 'saya makan' saja?" pikir saya. Kalimat-kalimat seperti I am eating dan I have eaten terdengar sangat membingungkan. Kenapa harus ada perbedaan antara sudah makan dan sedang makan? Bukankah keduanya berarti bahwa saya sedang makan?

Saat itu, saya tidak mengerti apa yang sedang diajarkan kepada saya. Saya merasa cemas. "Apakah saya akan bisa menguasai semua ini?" Saya bertanya-tanya dalam hati. Saya terus berusaha belajar, tetapi kesulitan tidak berhenti sampai di situ.

Kegelisahan Saya Dengan Grammar

Puncaknya terjadi beberapa tahun setelahnya, ketika saya harus mengikuti ujian bahasa Inggris di sekolah. Saya merasa sudah cukup menguasai kosakata dan pengucapan, tetapi begitu tiba saatnya untuk menjawab soal-soal grammar, saya langsung tertegun. Soal pertama yang saya lihat berbunyi, "Choose the correct form of the verb in the parentheses." Tiba-tiba saya merasa seperti seorang yang sedang berdiri di tepi jurang, bingung dan ketakutan. Bagaimana bisa memilih bentuk kata kerja yang benar jika saya sendiri tidak yakin harus menggunakan have atau had? Atau, apakah saya harus menggunakan bentuk present simple atau present perfect? Semuanya terasa membingungkan.

Saya melihat teman-teman saya yang tampaknya sangat percaya diri menjawab soal-soal itu dengan mudah. Di dalam hati saya bertanya, "Apakah mereka juga merasa bingung seperti saya?" Tapi saya tidak bisa menanyakan hal itu, karena mereka semua terlihat seperti mereka sudah menguasai semua aturan itu dengan sempurna.

Saat ujian itu selesai, saya merasa kecewa dengan diri sendiri. Meski saya tahu banyak kosakata, dan bisa membaca atau mendengarkan bahasa Inggris, grammar saya tetap menjadi hambatan yang besar. Rasanya, ada gap yang sangat lebar antara kemampuan berbicara saya dan kemampuan menulis saya. Setiap kali saya menulis sebuah kalimat, selalu saja ada kesalahan di sana-sini yang membuat tulisan saya terasa "tidak lengkap." Ini sangat mengganggu. Saya tahu betul bahwa untuk menjadi benar-benar fasih dalam bahasa Inggris, saya harus bisa menaklukkan grammar ini.

Melangkah Maju dengan Tantangan Baru

Namun, seiring berjalannya waktu, saya mulai menyadari bahwa untuk menguasai grammar, saya harus berhenti menganggapnya sebagai halangan besar. Tidak bisa dipungkiri, grammar adalah bagian yang penting dalam bahasa Inggris. Namun, saya harus belajar menerima bahwa tidak ada yang sempurna dalam belajar bahasa—termasuk saya. Keinginan untuk bisa sempurna justru membuat saya semakin terjebak dalam kebingungan. Jadi, saya mulai melihat grammar bukan sebagai sesuatu yang harus dikuasai dalam satu malam, tetapi sebagai bagian dari proses yang panjang dan terus berkembang.

Satu hal yang saya coba ubah adalah cara saya belajar. Dulu, saya seringkali hanya berfokus pada teori, membaca buku-buku grammar, dan berusaha menghafal rumus-rumus tenses. Namun, semakin saya melakukan itu, semakin saya merasa cemas dan frustrasi. Saya merasa bahwa meskipun saya menghafal banyak hal, hasilnya tetap tidak sesuai harapan.

Akhirnya, saya mulai beralih ke cara yang lebih "praktis." Saya mulai mendengarkan lebih banyak podcast atau menonton video berbahasa Inggris, baik yang bersifat edukatif maupun hiburan. Saya menyadari bahwa dengan mendengarkan bahasa yang digunakan secara alami, saya bisa lebih mudah menyerap struktur kalimat yang benar tanpa harus terlalu fokus pada teori. Melalui cara ini, saya bisa mendengar dan merasakan bagaimana native speaker menggunakan grammar mereka dalam situasi yang nyata, bukan hanya dalam konteks ujian atau buku teks.

Misalnya, saya mulai menonton serial TV yang saya suka, dan saat menonton, saya berusaha untuk memperhatikan bagaimana karakter-karakter di dalamnya berbicara—kapan mereka menggunakan past tense, kapan menggunakan present perfect, dan sebagainya. Ini memberi saya gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana grammar bekerja dalam percakapan sehari-hari.

Menghadapi Kesalahan dan Proses Pembelajaran

Namun, walaupun saya sudah mulai nyaman dengan mendengarkan dan meniru, saya tetap saja tidak bisa menghindari kesalahan. Setiap kali saya berbicara atau menulis, pasti ada saja kalimat yang terasa "salah." Seperti ketika saya menulis I have went to the market (seharusnya I have gone to the market), atau ketika saya berkata She was go to the park (seharusnya She went to the park). Pada awalnya, saya sangat khawatir dengan kesalahan-kesalahan seperti ini. Tapi kemudian, saya sadar bahwa setiap kesalahan adalah bagian dari proses belajar.

Salah satu hal yang membantu saya melewati fase ini adalah berhenti merasa takut akan kesalahan. Saya mulai lebih sering berbicara dengan teman-teman dalam bahasa Inggris, meski saya tahu grammar saya tidak sempurna. Saya menyadari bahwa lebih penting untuk berkomunikasi daripada hanya berfokus pada kesalahan-kesalahan kecil. Hal ini membuat saya lebih percaya diri. Teman-teman saya pun tidak mengkritik saya habis-habisan ketika saya membuat kesalahan, malah mereka memberi saya dorongan dan masukan yang positif. Dari situ, saya belajar bahwa untuk menguasai bahasa, kita tidak perlu takut untuk berbicara, meskipun kadang-kadang grammar kita belum sempurna.

Perjalanan Tak Berujung

Sekarang, meskipun saya merasa jauh lebih percaya diri dalam berbahasa Inggris daripada sebelumnya, saya tahu bahwa perjalanan saya dalam mempelajari bahasa Inggris masih jauh dari selesai. Grammar tetap menjadi bagian yang harus saya pelajari, tapi saya sudah tidak merasa cemas lagi. Saya mulai menikmati prosesnya—proses yang tak akan pernah berakhir, karena bahasa terus berkembang, dan begitu pula dengan kemampuan kita dalam menggunakannya.

Belajar bahasa Inggris, terutama grammar-nya, adalah sebuah perjalanan yang penuh tantangan. Terkadang, saya merasa sudah dekat dengan tujuan, namun di lain waktu, saya merasa terjebak. Namun, satu hal yang saya yakini sekarang adalah bahwa tidak ada cara yang benar-benar sempurna dalam belajar bahasa. Yang penting adalah terus berusaha, terus berlatih, dan terus berbicara. Seperti pepatah yang mengatakan, "Practice makes perfect"—meskipun saya tahu, "perfect" itu tidak pernah ada. Tapi yang jelas, dengan latihan, kita bisa menjadi lebih baik, lebih percaya diri, dan lebih menikmati prosesnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kata-Kata Lampung yang Wajib Kamu Tahu!

Halo sobat mamang. Tabik Punn... Pasti bagi kalian yang bersuku lampung sudah nggak asing dong dengan salam yang satu ini. Yups, itu tadi adalah cara mengucapkan salam khas-nya orang lampung, atau orang lampung punya. Dan setiap daerah pasti memiliki salam khas nya masing-masing yaa. Nah tau nggak sih, kalau ternyata lampung banyak memiliki kata-kata daerah yang sedang go to nasional loh, alias sering dipakai oleh banyak orang di luar provinsi Lampung. Apa aja itu? Ini dia. _ Yang pertama adalah kata "MAPAS". Mapas adalah salah satu kata yang cukup sering terdengar di luar daerah provinsi Lampung, dan kalau ada orang yang mengucapkan kata MAPAS ini. Berarti bisa dipastikan bahwa ia adalah orang lampung, atau orang yang pernah menetap di Lampung. Tapi apa sih arti MAPAS dalam bahasa lampung? So, MAPAS adalah sebuah ungkapan rasa terkejut yang biasanya digunakan untuk mengganti kata "BUSET". Sampai sini sudah paham dong arti kata MAPAS. _ Selanjutnya adal...

BRImo FSTVL 2024: Nikmati Kemudahan Pembelian Tiket Pesawat Langsung dari Aplikasi BRImo

Hallo sobat BRI , Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada merencanakan perjalanan ke destinasi impian, terutama ketika segala sesuatunya bisa dilakukan dengan mudah dan cepat. Dalam era digital yang serba praktis ini, kita semua tentu menginginkan kemudahan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam hal memesan tiket pesawat.  Nah! karena hal tersebut, Program loyalitas BRImo FSTVL 2024 kembali hadir untuk memberikan lebih banyak manfaat kepada nasabah Tabungan BRI yang aktif menggunakan aplikasi BRImo, kartu debit, dan kartu kredit BRI. Berlangsung dari 1 Oktober 2024 hingga 31 Maret 2025  BRImo FSTVL 2024 tidak hanya memberikan berbagai hadiah menarik tetapi juga memperkenalkan berbagai kemudahan, salah satunya fitur untuk memesan tiket pesawat langsung melalui aplikasi BRImo. Kini, BRImo hadir dengan solusi yang mempermudah proses pemesanan tiket pesawat langsung dari genggaman tangan Anda. Cukup dengan menggunakan smartphone anda, perjalanan udara impian bi...

Liburan Akhir Tahun Lebih Seru dengan BRImo FSTVL 2024: Hemat dan Berhadiah!

Hallo sobat, BRI!   Akhir tahun adalah  waktu yang sangat dinanti oleh banyak orang untuk merencanakan liburan. Setelah satu tahun penuh bekerja keras, liburan menjadi saat paling ditunggu untuk bersantai, mengiri energi dan menikmati waktu bersama orang-orang terkasih. Tahun ini, saya memutuskan untuk merencanakan liburan akhir tahun keluar kota. Setelah berfikir panjang, akhirnya saya memilih dua destinasi yang sudah lama ada di daftar perjalanan saya: Yogyakarta dan Bali Yogyakarta atau Bali? Dua Destinasi yang Selalu Menggoda Yogyakarta, dengan segala keindahan budayanya, menawarkan ketenangan dan pesona yang tak bisa ditemukan di tempat lain. Kota ini terkenal dengan candi-candi bersejarah seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan, serta keramahan penduduk lokal yang membuat setiap perjalanan terasa lebih istimewa. Menjelajahi kuliner Jogja yang khas, dari gudeg hingga bakpia, tentu akan menambah pengalaman liburan yang tak terlupakan. Di sisi lain, Bal...