Selas 01 Oktober 2024, tidak seperti hari biasanya yang saban pagi selalu berlumut kata kerja, pagi ini justru kubangun dengan kembali memejamkan mata.
Bukan tanpa sebab pagiku dimulai dengan bermalas-malasan. Tepatnya 17 September 2024 kemarin, aku telah secara resmi keluar dari tempat kerjaku sebelumnya dan beranikan diri untuk mengambil langkah besar dalam bagian karirku. Bukan menerima bonus atau kenaikan jabatan, justru aku mendapatkan Lay-Off. Yups, sekarang kalian bisa memanggilku "PENGANGGURAN".
Wajar rasanya, jika pagi seorang pengangguran dimulai dengan sedikit rebahan. Apakah itu sebuah kejahatan? Tentu saja bukan. Lagi pula apa yang bisa kami kerjakan? Mungkin siang nanti aku akan kembali membuat surat lamaran.
Tetiba waktu sudah menunjukan pukul 08.45, Jujur setelah hampir seluruh pagiku hari ini diisi dengan tidak melakukan apa-apa, bayangan pengangguran yang menyedihkan mendadak datang diam-diam. Tersadar setelahnya, aku memutuskan untuk mandi dan berganti pakaian.
Aku ingat salah satu agendaku hari ini, beruntung aku selalu menyatat apa yang akan kulakukan setiap pagi di "Papan Kegiatanku". Aku melangkah menuju meja disudut kamarku yang kini dihiasi catatan-catatan kecil penuh coretan. Di sudutnya, Papan Kegiatanku berdiri tegak, seakan menunggu untuk diisi dengan aktivitas baru. Salah satu agendaku hari ini adalah bertemu dengan Sahabatku. Dia selalu punya cara untuk membuatku kembali bersemangat.
“Jangan lupa, kita mau ketemu di kafe dekat kampus jam 10!” tulisku di catatan itu sebelumnya.
Setelah mandi, aku memilih pakaian yang terasa paling nyaman. Sebuah kaos polos dan celana jeans, cukup untuk menampilkan kesan santai namun tetap rapi. Sembari bersiap, pikiranku melayang jauh ke masa-masa saat aku masih bekerja. Ada kenangan manis dan pahit yang sulit untuk dilupakan. Namun, semua itu kini terasa seperti babak yang sudah usai.
Jam menunjukkan pukul 09.30 saat aku melangkah keluar rumah. Udara pagi yang sejuk membawa sedikit semangat baru. Kafe yang kami pilih terletak di sudut jalan yang ramai, penuh dengan aroma kopi dan suara tawa pengunjung. Begitu aku melangkah masuk, mataku langsung tertuju pada sosok Sahabatku yang sedang menunggu di sudut meja, sambil menyeruput kopi.
“Hey, pengangguran! Bagaimana rasanya bebas?” tanyanya dengan senyum lebar.
Aku tertawa. “Masih mencari tahu, sih. Belum ada yang bikin kangen.”
Kami berbincang tentang banyak hal, dari kenangan masa kuliah hingga rencana masa depan. Arga selalu menjadi pendengar yang baik, dan aku menghargai itu. Dia mendorongku untuk tidak terlalu khawatir tentang masa depan, bahwa jalan baru pasti akan terbuka.
“Coba deh, kamu ikuti workshop atau seminar. Banyak peluang di luar sana, terutama untuk orang dengan pengalaman sepertimu,” sarannya.
Seakan ada yang mengklik dalam pikiranku, aku menyadari bahwa aku harus aktif mencari peluang baru. Saat kami berpisah, semangatku kembali terbangun. Aku pulang dengan tekad baru, segera mencari seminar yang bisa diikuti.
Setibanya di rumah, aku membuka laptop dan mulai mencari. Berjam-jam aku menjelajahi internet, menemukan berbagai workshop menarik. Salah satunya adalah seminar tentang kewirausahaan yang akan diadakan minggu depan. Tanpa ragu, aku mendaftar.
Sebelum tidur malam itu, aku merasakan sesuatu yang sudah lama tidak kurasakan—harapan. Mungkin hidup sebagai "pengangguran" tidak seburuk yang ku bayangkan. Satu langkah kecil dapat membawaku pada sesuatu yang lebih besar. Siapa tahu, ini justru awal dari petualangan baru yang lebih menantang.
Ketika pagi esoknya tiba, aku sudah siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang ada.
Komentar